Semangat Kolektivitas Milik Generasi Penuh Aksi: Dari Anti Sedotan Plastik hingga Bisnis Ramah Lingkungan

kolektif

Berbicara mengenai isu lingkungan di Indonesia, dapat dikatakan sebagai isu yang tidak populer. Maklum saja, fokus kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia, hanya berputar di isu pembangunan, pangan dan lain sebagainya. Meskipun demikian, isu-isu lingkungan yang digulirkan oleh lembaga non pemerintahan, sebut saja WWF atau Greenpeace, tetap dijalankan. Namun, sayangnya hanya segelintir kalangan tertentu yang menjadi target kampanye mereka.

Lalu pertanyaan-nya adalah, bagaimana isu lingkungan dapat menjadi isu yang cukup terdengar bagi semua kalangan? Mari kita tengok saja, unggahan konten di salah satu media sosial milik Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti, dimana konten video memperlihatkan hidung penyu laut yang tersumbat oleh sedotan plastik. Video tersebut menjadi topik hangat di antara para netizen. Alih-alih menjadi pembicaraan serta perdebatan di ranah media sosial, para netizen menginisiasi gerakan ‘Anti Sedotan Plastik’. Berbagai unggahan konten yang dibagikan dengan penggunaan sedotan berbahan stainless steel hingga tote bag ketika berbelanja pun meramaikan berbagai linimasa media sosial.

Fenomena dibalik populernya gerakan yang diinisiasi, perlu ditelisik dari segi aktor yang terlibat. Mengingat bahwa pengguna terbesar internet adalah generasi milenial, karakter self empowered serta ingin terlihat menjadi faktor keuntungan bagi viralnya suatu gerakan. Tak melupakan semangat kolektivitas, menjadi kunci utama yang dimiliki oleh generasi milenial didukung dengan kemahiran mereka dalam utilisasi saluran terkini, yaitu saluran digital.

Semangat kolektivitas sebenarnya merupakan warisan yang sudah ada sejak dahulu, yang membedakan adalah tipe kolektivitas nya, dimana sedang tumbuh kolektivitas DIY. Tipe kolektivitas tersebut membuat ruang yang dapat memberdayakan serta mengandalkan kebersamaan. Tipe kolektivitas tersebut tidak hanya terjadi di ruang-ruang yang peduli isu sosial, akan tetapi terjadi pula di industri kreatif.

Aksi protes lingkungan pun bergulir dengan menciptakan ekosistem yang ramah lingkungan melalui menjamurnya bisnis ramah lingkungan. Sebut saja berbagai brand kosmetik organik hingga peralatan makanan dan minuman ramah lingkungan.

Usaha-usaha ini tentunya perlu ditularkan lagi sehingga terciptanya visi besar dalam bidang lingkungan, sehingga kutipan Dalai Lama yaitu ‘Our planet is our home, our only home. Where should we go if we destroy it?” di akhir video yang dibagikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dapat ditepis.

A laparoscopy journey

Well, sudah lama tidak menulis kembali. Tenggelam bersama pekerjaan kantor dan drama kehidupan lainnya. Hehe.

Jadi tulisan ini semata-mata buat mengingatkan saya supaya belajar lagi. Belajar hidup sehat. Belajar ikhlas.

Akhir Juni lalu tepatnya tanggal 28 Juni di siang hari, saya merasa sakit di perut sebelah kiri saya. Saya pikir sakit perut biasa. Setengah jam kemudian kok malah sampe saya harus tiduran. Kala itu saya masih di kantor dan besoknya ada event klien saya sehingga terpaksa merevisi kerjaan sambil tiduran.

Lama kelamaan sudah tidak tertahankan sehingga saya minta tolong teman saya untuk antarkan saya ke UGD di RS terdekat. Sakitnya minta ampun sampai ke bagian pinggang kiri bawah dan itu bikin saya nangis ga kuat.

Saya langsung dapat infus untuk redain sakitnya tapi tetap saja sampai menjelang maghrib saya masih nangis. Diagnosa pertama dari dokter umum UGD adalah infeksi saluran kemih. Kemudian saya diminta untuk tes darah dan urin.

Hasilnya pun memang positif ada kristal di urin saya dan bakteri di darah saya. Saya pun menarik kesimpulan karena saya memang terkadang jarang minum air putih.

Namun ketika dokter spesialis dalam melakukan visit di jam 10 malam di UGD, dokter pun membaca tes darah dan urin saya tapi menyarankan saya untuk ke dokter kandungan. Karena dia pikir sakitnya sudah bagian bawah perut sehingga dibutuhkan konsultasi lebih lanjut ke dokter kandungan.

Saya pun di saat itu masih tenang karena saya pikir memang infeksi saluran kemih. Saya cari di google pun memang gejala nya sama seperti yang saya alami meskipun ada satu dua gejala yang tidak dialami juga.

Saya diminta untuk dirawat karena ditakutkan akan timbul lagi rasa sakitnya meskipun kala itu di jam 11 malam saya sudah merasa baikkan meskipun masih agak terasa sakit.

Besoknya saya diminta USG abdomen atas dan bawah yang mana termasuk pengecekan bagian reproduksi sebelum ke dokter kandungan dimana USG tersebut dilakukan di siang hari.

Saya pun kaget. Ternyata saya punya kista di ovarium sebelah kiri dan ukurannya sudah lebih dari 5 cm menurut perkiraan dokter.

Saat itu rasanya saya mau nangis. Tapi saya tahan. Saya ga boleh cepat cengeng. Meskipun setelahnya sampai di kamar akhirnya saya menangis.

Pada saat itu saya bingung. Saya sedih. Saya pikir kista itu tidak akan tumbuh sebelum hamil. Padahal saya belum menikah. Saya takut mempengaruhi kesuburan saya. Saya takut saya akan susah punya anak. Mengingat setahun lagi saya berencana menikah dengan pacar saya.

Saya pun langsung menghubungi pacar saya untuk jenguk saya dan mengabarkan berita tersebut.

Di malam nya saya diantar oleh suster ke dokter kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dan benar saja, memang saya mempunyai kista tapi hanya di ovarium sebelah kiri. Saya ingin menangis lagi tapi saya tahan.

Sejujurnya dari dokter kandungan ini, saya tidak merasa puas dengan jawabannya. Malah saya yang banyak tanya dengan apakah ini mempengaruhi kesuburan, tindakan selanjutnya harus bagaimana dan lainnya. Sebagai seorang pasien yang belum tahu banyak perihal kista, saya merasa dokter ini tidak mengedukasi pasiennya dengan benar. Malahan dokter tersebut meminta saya untuk tes CA 125, dimana kemudian saya cari tahu di Google bahwa tes tersebut adalah tes tumor marker.

Bahkan dia saja tidak menjelaskan kenapa harus melakukan tes tersebut.

Akhirnya saya memutuskan untuk pulang di besok hari dan mencari second opinion. Saya meminta nasihat kakak saya yang memang dulunya mempunyai kista ketika hamil lalu ditindak operasi yaitu laparatomi. Dokter yang diajukan adalah dokter Hari di Kemang Medical Care dan dokter Ivander di RSIA Citra Ananda. Akhirnya saya pun memilih dr Ivander berdasarkan penjelasan dari kakak saya. Meskipun tindakan laparotomi kakak saya dilakukan oleh dokter Hari.

Di tanggal 2 Juli akhirnya saya ke dokter Ivander untuk konsultasi lebih lanjut mengenai kista saya.

Kista saya didiagnosa adalah jenis kista coklat.

Kesan pertama berkonsultasi dengan dokter Ivander itu adalah dokternya sangat menjelaskan dengan terperinci. Bahkan kita diberikan keleluasaan untuk bertanya banyak. Sebagai seorang perempuan yang masih miskin ilmu perihal reproduksi, saya merasa teredukasi.

Saya langsung diberikan 2 pilihan tindakan karena kista saya sudah cukup besar, yaitu laparatomi atau laparaskopi. Dua tindakan tersebut dijelaskan terperinci dalam segi kelebihan dan kekurangan.

Saat itu saya lebih memilih laparaskopi karena masa pemulihan yang cepat meskipun lebih mahal, tapi memang masih bimbang juga.

Saya diminta untuk datang kembali agar dilakukan USG melalui anus untuk melihat kista dengan lebih jelas. Saya takut karena belum pernah. Dikarenakan saya belum menikah sehingga tidak dilakukan USG transvaginal.

Ternyata hanya di awal saja USG anus itu menyakitkan hehe setelahnya malah biasa saja lho.

Rangkaian pemeriksaan selanjutnya adalah tes tumor marker untuk mengetahui apaka kista saya jenis jinak atau ganas. Meskipun dokter menjelaskan bahwa kebanyakan kist adalah jinak, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kista dapat bersifat ganas.

Saya cemas dan takut kalau ternyata saya memiliki kista yang ganas. Tes tumor marker pun saya jalani dengan perasaan yang campur aduk menunggu hasilnya.

Sehari setelah hasil keluar, alhamdulillah hasilnya bagus. Saya pergi ke dokter lagi untuk pembacaannya. Dinyatakan memang bagus dan saya diminta untuk memutuskan tindakan apa yang mau saya ambil. Meskipun ragu akhirnya saya memilih tindakan laparoskopi.

Tindakan laparaskopi saya dijadwalkan pada tanggal 20 Juli di pagi hari. Dikarenakan RSIA Citra Ananda tidak memiliki peralatan laparoskopi, saya pun dirujuk oleh dokter untuk ditindak di RSIA Bunda Jakarta.

Beberapa hari sebelum operasi, saya melakukan tes darah dan urin lalu berkonsultasi ke dokter anestesi. Dokter anestesi pun menjelaskan saya bahwa anestesi yang dilakukan adaalah bius total. Dikarenakan saya memiliki riwayat asma, sehingga perlu dilakukannya inhalasi sebelum tindakan operasi untuk mencegah serangan asma ketika sedang di operasi.

Setelah dari dokter anastesi, malamnya saya sudah masuk RS. Saya diharuskan puasa dari jam 4 pagi.

Menjelang operasi, perasaan cemas semakin meningkat. Apalagi ini adalah operasi pertama saya.

Lalu jam 12 siang nya, saya diantarkan suster untuk ke ruang operasi. Sebelum tindakan, saya berada di ruang pra operasi, dipersiapkan beberapa obat-obatan dan infus untuk saya. Tak lama kemudian, dr Ivander pun muncul untuk menjelaskan prosedur dan kemungkinan yang terjadi. Begitu mendengarnya, rasanya saya mau membatalkan saja karena takut. Saat itu saya benar-benar cemas tidak karuan. Saya berusaha untuk tetap tenang dengan berdoa dan nyanyi lho hehe.

Lucu nya para suster di ruangan operasi suka bercanda lho. Jadi bikin pasien nyaman. Mungkin karena tingkat stress tinggi juga ya sehingga dibawa santai.

Jam 1 siang tiba dan saya diminta untuk ke ruangan operasi. Saya diminta untuk tidur dengan posisi seperti mau melahirkan dimana kedua kaki saya diangkat.

Tidak lama kemudian, seperti rasanya cepat sekali tapi saya terbangun dengan adanya selang di hidung dan alat untuk memonitor jantung.

Saya merasa belum bisa tersadar sepenuhnya karena masih dalam pengaruh obat bius. Ada perasaan yang beda dengan perut saya, seperti merasa kaku. Entah mengapa saya pun memangis. Waktu pun menunjukkan pukul 17.30.

Setelah sekitar satu jam, saya dipindahkan ke ruangan saya dimana saya pun masih belum tersadar sekali. Sering tiba-tiba ketiduran. Kemudian malamnya pacar pun datang untuk menjenguk.

Dua malam saya habiskan setelah tindakan operasi. Saya pun mengambil cuti selama seminggu untuk masa pemulihan.

Well, begitulah perjalanan yang saya alami di akhir Juli lalu. Berat rasanya selama minggu tersebut dijalankan karena kecemasan yang saya alami.

Kalau bisa dibilang, ini peringatan untuk saya agar sayang dengan diri saya sendiri.

Midnight Thoughts Part 1

Midnight. The best time for people like me who couldn’t sleep but her brain cannot stop thinking.

So, I wrote down this after I had finished an event which I supposed to have a sleep, but there’s something that bothers me about my existence on this earth.

It came across my mind, well actualy not just a one time, but almost everynight. Phew. But this time, it come again because on this night, I have an event called BukaTalks and I become a project leader for this kind of event. If you know, well i’m glad i’m doing the right job :p. Well, for this event we always invite inspiring and creative speakers to share their experience and perspectives to influence young generation to make an impact. I witness and hear their stories about how their creative business make an impact.

I began to insecure. When I could become like one of them? Well, you know, not doing the exact thing like they do, but the thing that I’ll love it. I tried to do a good stuff by founding a social community with three friends of mine which focused on education. At first, It was very exciting and happy to know that i was doing the right thing. But now, since four of us is very busy with our job and I couldn’t go easily to have a meeting or anything since my financial condition is not very good, I quit and so does the others. It only last for one year.

People always remind us or quotes that you could see everywhere says that every one of us has their timing. It’s true. Very true. But I’m just an ordinary person who always questioning what I should do to become a person who can do a lot of good stuff.

Until then, I’ll keep questioning and try my best. Hope God will lead us the right way.

 

 

Mencoba Berdamai dengan Keadaan

Judul dalam post pertama saya ini, mungkin bagi sebuah artikel pertama seperti terkesan bercerita sesuatu yang berat. Tapi, hal pertama yang terlintas dalam benak saya adalah judul ini.

Sejujurnya, saya membuat akun wordpress juga karena saya pikir saya perlu wadah untuk bercerita apa yang ingin saya utarakan tanpa harus saya utarakan di media sosial.

Well, balik lagi ke inti cerita, jadi judul ini menggambarkan hidup saya setahun belakangan ini.

Setahun belakangan ini dapat dikatakan adalah tahun terberat selama saya hidup selama 25 tahun. Ya, terkesan berlebihan, tapi saya rasa setiap orang memiliki kemampuan menyerap beban dengan reaksi yang berbeda-beda.

Saya mengalami depresi karena kondisi keluarga saya yang saat ini tidak mumpuni dalam hal finansial dan tekanan kerjaan. Vonis depresi ini saya ketahui ketika saya sudah tidak kuat dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya saya alami hingga akhirnya saya memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikolog teman tante saya pada awal tahun ini. Saya menjalani hari demi hari dengan ketidakstabilan emosi, percaya diri yang rendah hingga rasanya ingin melukai diri sendiri.

Awalnya saya tidak terima dan ingin menyerah saja. Saya selalu bertanya-tanya kenapa masalah sebesar ini saya alami. Saya amat beruntung memiliki keluarga dan pacar yang membantu saya melewati hingga sekarang ini, meskipun keadaan kami sampai sekarang belum berubah.

Sebelum saya mengalami depresi, saya tidak percaya dengan adanya gangguan kejiwaan. Saya pikir depresi harusnya bisa sembuh kalau kita dekat dengan Tuhan kita. Tapi, hal itu tidaklah mudah. Sampai saya sendiri yang mengalami nya. Kini saya menyadari bahwa gangguan kejiwaan bisa terjadi pada siapapun. Dan seseorang dengan depresi butuh dukungan penuh dari orang sekitar.

Saya dulu berpikir bahwa masalah saya adalah masalah terberat yang ada untuk orang seumuran saya. Ternyata saya salah. Masih banyak orang-orang didunia ini dengan masalah yang lebih banyak lagi. Tetapi saya dibutakan oleh masalah saya sendiri. Menjadikan saya egois dengan mengasihani diri saya sendiri. Beranggapan bahwa saya adalah orang paling sial di dunia ini.

Saya masih belajar bagaimana saya harus mencoba berdamai dengan segala masalah yang saya hadapi dan ikhlas menjalaninya. Saya ingin berterima kasih dengan orang-orang yang percaya bahwa saya bisa melalui ini dengan menjadi orang yang baru.

Orang baru yang kuat ketika masalah besar di depan mata.